Korban Pandemi COVID-19 Semakin Meningkat, Masyarakat Sipil Serbia Bertindak Mencari Keadilan

Puisi Mardhika
2 min readJul 30, 2020

--

Sumber foto: CNBC Indonesia

Dunia digemparkan oleh ditemukannya virus korona baru, menyebabkan penyakit yang dikenal dengan istilah COVID-19 yang menyerang organ pernapasan. Terdapat enam belas negara seperti Inggris, China, Italia, Spanyol, Perancis, Irlandia memberlakukan sistem lockdown di masing-masing negara. Namun, sejak akhir bulan April, negara yang memberlakukan sistem lockdown tersebut mulai melonggarkan karena terjadinya kemerosotan ekonomi yang luar biasa. Hingga puncaknya pada bulan Mei, hampir seluruh negara di dunia mulai menghadapi era normal baru (new normal) yakni terjadinya perubahan aktivitas dan kebiasaan yang cukup signifikan akibat pandemi ini.

Alih-alih era normal baru, pemerintah mulai membuka kembali layanan publik, tempat hiburan, taman rekreasi, dan pertokoan. Namun, banyaknya kasus HAM yang janggal dan merajalela hampir di seluruh dunia. Seperti kita ketahui, dunia kembali dibuat marah karena kasus pembunuhan seorang pria Afrika-Amerika, George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat oleh beberapa polisi Minneapolis dan dicekik oleh petugas Derek Chauvin (25/5). Masyarakat sipil menolak banyaknya kasus pelanggaran HAM terutama rasisme yang masih beredar di tengah pandemi COVID-19, membuat campaign #BlackLivesMatter menjadi trending topic di media sosial.

Tak hanya kasus rasisme, rupanya, masih banyak kasus atau masalah yang timbul akibat pandemi yang terjadi khususnya di negara Serbia. Ribuan masyarakat sipil berdatangan di depan gedung parlemen Serbia, Belgrade, Sabtu (11/5) dalam lima malam berturut-turut protes terhadap kebijakan pemerintah terutama presiden yang dianggap tak bertanggung jawab atas langkah mengambil keputusan terhadap virus korona baru. Pengizinan untuk menghadirkan pertandingan bola, festival religi, pesta dan acara, dan kemudian berlanjut pada bulan Mei pemilihan umum parlemen yang akan berlangsung mendapat banyak protes dan tuntutan aksi massa karena dinilai tidak memprioritaskan keselamatan masyarakat.

Serbia menjadi negara pertama di Eropa yang kembali mengadakan pemilihan umum sejak terjadinya pandemi. Hal ini menjadi bukti, bahwa di setiap negara manapun belum ada yang benar-benar siap akan penanganan pandemi COVID-19 dan kasus yang timbul mulai dari hak asasi, kekerasan, kericuhan, pelecehan marak beredar di hampir seluruh dunia.

Sumber : Aljazeera, Spektator.id.

Penulis : Puisi Mardhika

--

--